.com - Adalah salah kaprah kalau menganggap bahwa Soeharto lah yang menggulingkan Soekarno. Jika melihat fakta sejarah, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution yakni orang yang paling berperan dalam menjatuhkan Soekarno dari jabatanya Presiden Seumur Hidup.
Saat bencana G30S/PKI, AH Nasution (sapaan bersahabat beliau) menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan serta menjabat Kepala Staff Angkatan Bersenjata . Dia yakni sasaran utama yang harus dihilangkan, kegagalan Cakrabirawa membunuhnya yakni awal serangan balik yang maha dashyat untuk Soekarno dan Dewan Revolusi.
Nasution yakni salah satu Jenderal Angkatan Darat (AD) yang terpaksa baiklah pada perintah Soekarno untuk menyerang Malaysia. Sebagian besar Jenderal AD menolaknya. Mereka tak mau nyawa prajurit AD digadaikan untuk ambisi pribadi Soekarno. Apalagi dalam perang tersebut, ada upaya penyebaran faham komunisme oleh PKI dan menyokong Partai Komunis Malaysia.
Para relawan yang disusupkan juga dipersenjatai dengan senjata kiriman dari negara komunis, yang nantinya bakal diusulkan oleh DN Aidit untuk jadi angakatan kelima.
Nasution berhasil lolos dengan luka di kaki. Dari daerah persembunyianya, dia meraba-raba korps pasukan yang setia padanya. Ketemulah Soeharto yang menjawab Panglima Kostrad (Pangkostrad).
Namun pada masa itu jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang. Soeharto dengan cerdik memanggil komandan RPKAD (Kopassus) Sarwo Edhie dan meminta kesetiaanya dan pasukanya.
Setelah mempunyai pasukan dan kelengkapanya, Soeharto meminta Nasution untuk tiba ke markas Kostrad. Di sinilah Nasution kali pertama menerima perawatan atas luka-lukanya dan melancarkan serangan balik.
Nasution yang kakinya terluka di markas Kostrad malam tanggal 1 Oktober 1965 |
Sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Nasution memberi perintah pada Soeharto untuk menjaga kesiagaan pasukan Angkatan Darat sembari menyusun serangan balasan.
Ketika Dewan Revolusi diumumkan dari markas Tentara Nasional Indonesia AU di Halim. Nasution yakni orang pertama yang membangkang.
Dari Halim atas nama Dewan Revolusi, Soekarno eksklusif menunjuk Mayjen Pranoto Reksosamodra, sebagai Panglima Angkatan Darat. Mengetahui ini, Nasution segera mengamankan Pranoto di Markas Kostrad, dia dibrifing biar tidak mendapatkan jabatan ini.
Menyadari bahwa kekuatan Angkatan Darat ketika itu hanya prajurit RPKAD, jumlah kostrad sendiri ketika itu tak mempunyai personel prajurit. Nasution meminta pertolongan Panglima Angkatan Laut, RE Martadinata.
Gabungan prajurit RPKAD dan KKO sukses memukul balik gerakan G30S dan memaksa Presiden Soekarno pulang ke istana negara. Membubarkan Dewan Revolusi.
Nama Nasution berkibar hati rakyat Indonesia saat, melebihi Soeharto. Di ketika bersamaan dia berduka atas maut putranya.
Dalam beberapa ahad pertama sehabis G30S, Nasution-lah yang terus-menerus melobi Soekarno untuk menunjuk Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat. Soekarno, yang sehabis 1 Oktober tetap menginginkan Pranoto sebagai pimpinan angkatan darat, awalnya dia ingin mengakibatkan Soeharto hanya sebagai Panglima Kopkamtib, tetapi dengan lobi terus-menerus yang dilakukan Nasution, Soekarno alhasil dibujuk dan pada tanggal 14 Oktober 1965, ditunjuklah Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat.
Soekarno bekerjsama memahami sepak terjang Nasution, untuk mengebiri langkahnya, dia memberikan posisi wakil presiden. Nasution pintar, melalui Soeharto, pada awal 1966 mengeluarkan pernyataan yang menyampaikan bahwa tidak ada kebutuhan untuk mengisi dingklik wakil presiden yang kosong.
Nasution dengan cerdik dia membidik dingklik ketua MPRS. Tujuanya satu, biar bisa menumbangkan Soekarno biar penderitaan rakyat berakhir.
Soekarno telah diangkat oleh MPRS sebagai presiden seumur hidup, maka hanya MPRS saja yang bisa melengserkanya..
Setelah Soeharto mendapatkan supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) dari Soekarno. Nasution menyadari bahwa Supersemar tidak hanya memberikan kekuasaan darurat kepada Soeharto tetapi juga memberinya kontrol eksekutif.
Nasution menyarankan kepada Soeharto bahwa ia berhak membentuk kabinet darurat. Menggantikan kabinet yang pro PKI dan pro Soekarno. Soeharto, masih hati-hati perihal apa yang dia bisa atau tidak bisa lakukan dengan kekuatan barunya, sebab pembentukan kabinet yakni tanggung jawab presiden. Nasution mendorong Soeharto, berjanji untuk memberikan dukungan penuh.
Tanggal 18 Maret 1966, Soeharto menangkap Chaerul Saleh, ketua MPRS dan anggota MPRS yang dianggap pro PKI. Sebagai gantinya dibuat MPRS pengganti.
MPRS yang gres pun bersidang dan Nasution terpilih sebagai ketuanya secara aklamasi. Dengan cerdik, pada 21 Juni 1966 Nasution dan MPRS meratifikasi Supersemar. Dengan keputusan ini berarti Soekarno dihentikan menariknya kembali.
Pada 22 Juni, Soekarno mencoba melawan dengan memberikan pidato berjudul Nawaksara(Sembilan butir) di depan sidang MPRS. Namun Nasution bergeming, bahwa Supersemar tidak boleh dicabut atau ditarik kembali.
Selama dua ahad ke depan, Nasution sibuk memimpin Sidang Umum MPRS. Di bawah kepemimpinannya, MPRS mengambil langkah-langkah ibarat melarang paham Marxisme-Leninisme, mencabut keputusan Soekarno sebagai presiden seumur hidup, dan memerintahkan pemilihan legislatif yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 1968.
Sidang Umum MPRS juga meningkatkan kekuasaan Soeharto dengan secara resmi memerintahkannya untuk merumuskan kabinet baru. Sebuah keputusan juga disahkan yang menyatakan bahwa kalau presiden tidak bisa melakukan tugasnya, ia kini akan digantikan oleh pemegang Supersemar, bukan wakil presiden. Inilah kenapa Nasution dulu ogah diangkat jadi Wapres, dengan jadi ketua MPRS dia bisa menumbangkan Soekarno.
Tahun 1966 pun berlalu, Soekarno semakin defensif dan popularitasnya di kalangan rakyat Indonesia semakin menurun. Jika Soeharto masih berbelas kasihan pada Bung Karno ibarat membelanya di hadapan demonstran rakyat. Tidak dengan Nasution, Soekarno harus segera diganti.
Nasution menyatakan bahwa Soekarno harus bertanggung jawab atas situasi jelek yang melanda pemerintahan dan masyarakat Indonesia pada ketika itu. Nasution juga menyerukan biar Soekarno dibawa ke pengadilan.
Pada 10 Januari 1967, Nasution dan MPRS bersidang lagi dan Soekarno menyerahkan laporannya (dia tidak memberikan hal itu secara pribadi sebagai pidato) yang dibutuhkan bisa mengatasi dilema G30S. Diberi judul “Pelengkap Nawaksara”.
Salah satu poinya kalau dirinya (Soekarno) akan disalahkan atas G30S, Menteri Pertahanan dan Keamanan pada ketika itu (Nasution) juga harus disalahkan sebab tidak melihat G30S tiba dan menghentikannya sebelum terjadi. Tentu saja laporan ini sekali lagi ditolak oleh MPRS yang dipimpin Nasution.
AH Nasution memberi selamat pada Pelantikan Suharto sebagai Acting Presiden |
Pada bulan Februari 1967, DPR-GR menyerukan Sidang spesial MPRS pada bulan Maret untuk mengganti Soekarno dengan Soeharto. Soekarno sepertinya pasrah akan nasibnya, alhasil pada 12 Maret 1967, Soekarno secara resmi dicabut mandatnya sebagai Presiden oleh MPRS. Nasution kemudian menyumpah Soeharto ke tampuk kekuasaan sebagai pejabat presiden. Setahun kemudian pada 27 Maret 1968, Nasution memimpin pemilihan dan peresmian Soeharto sebagai Presiden penuh.
Dikirim oleh Ina pada 2 Oktober 2017
Setelah kemenanganya menumbangkan kediktatoran Soekarno. Jendral Nasution pelan-pelan menarik diri dari urusan Politik di kala Presiden Soeharto. Baginya, usaha telah usai, membebaskan rakyat Indonesia dari cengkeraman diktator berjulukan Soekarno.
Sumber: militermeter.com Sumber https://www.tipsiana.com
0 komentar:
Posting Komentar